Pelayanan publik menjadi salah satu standar penilaian utama bagi masyarakat dalam menentukan baik dan buruknya sebuah instansi pemerintah. Demi memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, jajaran Kementerian Agama Kabupaten Karanganyar berguru ke ujung barat dari Provinsi Jawa Tengah. Adalah Kemenag Kabupaten Brebes dan Kemenag Kota Tegal yang dituju rombongan dari Kabupaten Karanganyar pada Selasa kemarin, (26/01/15).
Ada dua tujuan yang menjadi fokus study banding Kemenag Kabupaten Karanganyar, pertama adalah tentang pelayanan publik di Kantor Urusan Agama (KUA) dan kedua adalah pelayanan haji satu atap. KUA Banjarharjo, Brebes yang notabenya merupakan KUA terbaik se Jawa Tengah dan nomor dua Nasional menjadi pilihan tepat untuk menimba ilmu. Begitupun dengan pelayanan haji satu atap di Kemenag Brebes dan Tegal yang membuat masyarakat nyaman tanpa harus tawaf/bolak-balik mengurus administrasi pendaftaran ibadah haji.
Dalam sebuah acara penyambutan rombongan, Kepala Kankemenag Kabupaten Karanganyar, H. Musta’in Ahmad mengutarakan tujuannya berkunjung ke Kemenag Brebes dan Tegal. “Kami bersama Kasubbag TU, Kasi, Penyelenggara, Kepala KUA 17 Kecamatan, Perencana dan Pejabat lainnya ingin belajar pada Kemenag yang memiliki banyak prestasi dan inovasi. Kami berharap kebaikan dan prestasi yang ada di Kemenag Brebes dapat ditularkan ke Kemenag Karanganyar”, ucapnya.
Sementara itu, Kepala Kankemenag Kabupaten Brebes, H. Imam Hidayat mengatakan bahwa prestasi yang diraih oleh KUA Banjarharjo Brebes berawal dari diklat Pim 3 yang kemudian tercetus ide untuk membuat proyek perubahan di Kantor Urusan Agama (KUA) yang merupakan ujung tombak Kementerian Agama terhadap pelayanan masyarakat.
“Berawal dari diskusi dengan pembimbing diklat Pim 3, tercetus ide untuk membuat proyek perubahan KUA se Kabupaten Brebes dengan standar UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Kemudian kami libatkan Kasubbag, Kasi, Penyelenggara dan Kepala KUA untuk membuat standar pelayanan publik yang diterapkan di seluruh KUA Kabupaten Brebes. Kebetulan saat itu kami mendapat bantuan rehab KUA sebesar 200 juta, dan kami pikir itu merupakan momen yang tepat untuk membuat proyek perubahan”, jelasnya..
Kemudian Imam Hidayat menambahkan bahwa kekurangan yang sering ada pada kita adalah tidak adanya standar, tidak adanya alur pelayanan. “Disamping kurang SDM, kualitas pelayanan SDM juga tidak begitu memuaskan, kurang senyum dan lain sebagainya sehingga perlu didatangkan narasumber untuk memberi contoh dan pelatihan pada pegawai KUA”, tambahnya.
Tidak kalah pentingnya Imam Hidayat mengatakan bahwa evaluasi terhadap pegawai KUA sangatlah penting, ini digunakan untuk menjaga standar agar pelayanan terhadap masyarakat tetap baik. Kedepannya hal ini akan mendongkrak nilai KUA di hadapan masyarakat.
Saat kunjungan ke lokasi, memang diakui bahwa prestasi yang disematkan kepada KUA Banjarharjo layak untuk diraihnya. Dengan interior modern berstandar layanan publik, KUA Banjarharjo membuat perbedaan dengan KUA lainnya yang terkesan ketinggalan zaman. Tidak hanya itu, interior yang bagus juga didukung teknologi yang cukup canggih dibanding kompetitornya dengan menempatkan kamera cctv di balai nikah, TV LCD layaknya di bank-bank, buku tamu yang sudah menggunakan aplikasi dan pendaftaran nikah online yang lain daripada yang lain. (Hd)