Seorang santri Darul Mustofa Karangpandan, Sarip Jamaludin, 23, ditemukan tewas gantung diri di pondok pesantren setempat, Jumat (4/8/2017) pukul 16.00 WIB. Santri asal Sepat, Sumberjaya, Majalengka, Jawa Barat, itu gantung diri di tempat jemuran kompleks pondok pesantren (ponpes) tersebut.
Mendengar kejadian tersebut, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karanganyar, H. Musta’in Ahmad bersama Kasi Penyelenggaraan Haji dan Umrah, H. Museri dan tim humas kantor bersilaturahim untuk melihat tempat kejadian perkara dan mendapatkan informasi langsung dari sumbernya. Hal ini mengingat Pondok Pesantren merupakan bagian dari keluarga besar Kementerian Agama Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari sumbernya langsung, kejadian tersebut kali pertama diketahui santri Darul Mustofa, Ahmad Arifin, 20, dan Adi Multi, 26. Saat melintasi tempat jemuran, kedua saksi sudah melihat Sarip tewas dengan kondisi tergantung tali nilon warna kuning. Ahmad dan Adi langsung melaporkan kepada Ustadz Ali yang duduk tidak jauh dari lokasi kejadian dan segera melaporkan kejadian tersebut ke pengurus ponpes lainnya dan polisi.
Polisi yang memperoleh laporan tersebut langsung mendatangi lokasi kejadian di Ponpes Darul Mustofa. Dari keterangan yang dihimpun polisi, Sarip dikenal sebagai santri yang memiliki tingkah laku aneh.
“Tidak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. Di leher korban ditemukan tanda melingkas bekas tali. Penyebab korban meninggal dunia karena pernapasannya tersumbat,” kata Kasubaghumas Polres Karanganyar, AKP Suryanto.
Dari hasil wawancara pengasuh ponpes menerangkan bahwa korban merupakan santri baru. Sarip kurang lebih baru satu bulan bergabung di Ponpes Darul Mustofa.
“Menurut saksi, sehari-hari korban kelihatan aneh, tidak lazim. Katanya ia pernah azan, iqomah dan salat sendiri di ruang imam masjid,” katanya.
Bahkan menurut keterangan dari salah seorang pengasuh ponpes lainnya bahwa sehari sebelumnya Sarip sudah menunjukkan gelagat yang aneh, salah satunya adalah ketika dia meminta temannya untuk mengakhiri hidupnya dan dengan tegas temannya menolak serta memberinya nasihat.
Setelah kejadian tersebut, banyak santri di ponpes tersebut yang trauma dan terngiang akan kejadian bunuh diri tersebut. Melalui diskusi dan arahan dari pembina ponpes Darul Mustofa, Habib Sholeh, seluruh pengasuh dan santri mendoakan almarhum agar diterima di sisinya. (ida-hd)