Seminar bela negara yang digelar Lajnah Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) di Gedung DPRD Kabupaten Karanganyar dihadiri oleh Bupati dan Wakil Bupati, Kepala Kementerian Agama, Dandim, Letkol Czi Santy Karsa Tarigan, Kapolres, AKBP Ade Safri Simanjuntak, DPC Peradi Surakarta, Dr Muhammad Taufiq, dan Amir MMI, Ustadz Muhammad Talib sebagai pembicara seminar bela negara, (05/08).
Dalam kesempatan tersebut Bupati Karanganyar, Juliyatmono yang memberikan sambutan mengatakan bahwa bela negara merupakan tanggung jawab semua elemen bangsa. Menurutnya, para leluhur sudah mewariskan negeri ini karena kesepakatan bersama. Dengan kebinekaannya, sepakat bersatu dan mendirikan negara yang berdasarkan Pancasila sehingga harus dijaga bersama.
“Itu yang harus kita terima bersama, kita jaga dan kita pertahankan. Selanjutnya kita isi dengan hasil berkarya membangun negara ini. Kalau kita berada di Karanganyar, maka kita jadikan daerah ini sebagai daerah yang maju, agar bisa menjadi contoh bagi daerah lain”, kata Juliyatmono.
Lebih lanjut, Bupati Karanganyar juga mengatakan bahwa Indonesia yang sudah dijajah oleh Belanda selama 350 tahun masih ada bekasnya hingga sekarang, sehingga membentuk mental bangsa yang menjadi rendah diri. Disamping itu, akibat dari sistem pecah belah (devide et emera) yang ditanamkan penjajah, mengakibatkan kita selalu negative thinking dengan sesama warga bangsa. Pemikiran curiga, prasangka buruk, menjadikan kita ini tak maju-maju.
“Dan memang wajar meski sudah merdeka 72 tahun, tapi masih kalah lama dijajah sehingga warisan mental rendah diri itu masih terus diwariskan dan turun temurun. Karena itu kalau sekarang masih banyak yang sering buruk sangka, negative thinking dengan sesama warga bangsa, itu sikap warisan penjajah. Karena itu kalau ingin mengisi kemerdekaan ini, adalah dengan membuang jauh seluruh pemikiran negatif itu, dan menggantikan dengan pikiran yang positif yang selalu dikembangkan ke semua orang. Agar siapa pun bersemangat mencintai negeri ini”, tandasnya.
Sementara itu, Dandim 0727 Karanganyar yang juga menjadi keynote speaker mengatakan bahwa proxy war atau perang menggunakan tangan pihak ketiga, saat ini sedang terjadi di Indonesia. Untuk itu, seluruh komponen anak bangsa diminta untuk mempererat persatuan dan kesatuan dan tidak terpengaruh dengan upaya pecah belah yang akan menghancurkan bangsa Indonesia.
Lebih lanjut Letkol CZI Santy Karsa Tarigan mengatakan, saat ini, proxy war sudah terjadi di Indonesia, dengan berbagai cara, diantaranya, melemahkan Pancasila, menghembuskan isyu intoleransi dan isyu sara, terorisme dan radikalisme, peredaran narkoba dan pergaulan bebas remaja yang berujung pada free seks. (ida-hd)