Bukit Sukuh, di Ngargoyoso, Karanganyar, diusulkan menjadi salah satu lokasi pengamatan hilal. Salah satu bukit di kawasan Candi Sukuh ini dinilai strategis oleh beberapa ahli untuk melihat hilal. Hal tersebut mengemuka dalam acara Rukyatul Hilal di kawasan Bukit Sukuh pada Selasa, (22/08) petang.
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Karanganyar, Mustain Ahmad, menuturkan Kabupaten Karanganyar sudah mendaftarkan bukit di kawasan Candi Sukuh sebagai lokasi pemantauan. Mustain mengaku mendaftarkan bukit Sukuh sebagai lokasi pengamatan hilal setelah berkonsultasi dengan ahli hisab dan rukyat.
“Sudah daftar ke pusat sebagai titik pemantauan. Pengamatan di beberapa pantai sering gagal. Info baru di titik tertentu di perbukitan menjadi best location. Ditemukan salah satu titik di Sukuh. Lokasi ini standar untuk rukyat karena minim kabut tebal, angin bebas melintas,” ujar Mustain.
Petang itu, Mustain berharap dapat melihat hilal. Salah satu alasannya adalah selama 25 tahun menjadi pegawai Kemenag, Mustain belum pernah melihat hilal secara langsung. Pernyataan itu membuat sejumlah tamu undangan tergelak.
Usulan itu juga disampaikan oleh Kepala Observatorium Club Astronomi Santri Assalaam (CASA) Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam, A.R. Sugeng Riyadi, saat acara rukyat hilal di kompleks Candi Sukuh. Sugeng bukan orang baru di bidang ilmu astronomi dan falak. Assalaam Observatory tempatnya mengembangkan CASA menjadi salah satu lokasi pengamatan hilal di Jawa Tengah dan DIY.
“Bukit Sukuh ini strategis. Ideal. Ketinggian 7 derajat sampai 8 derajat. Di ufuk barat ketinggian 0,5 derajat sampai 1 derajat tidak ada penghalang. Berbeda dengan Assalaam masih terhalang dua gunung,” kata Sugeng saat ditemui wartawan seusai melaksanakan rukyat.
Candi yang digunakan umat Hindu untuk beribadah itu berada di ketinggian 1.190 meter di atas permukaan laut (mdpl). Koordinat candi Hindu berada di 7 derajat 37 menit 40 detik Lintang Selatan dan 111 derajat 7 menit 46 detik Bujur Timur.
Itulah alasan mengapa Candi Sukuh bisa menjadi lokasi terbaik di Karanganyar untuk mengamati hilal. Sejumlah lokasi pengamatan hilal di Jateng dan DIY mengacu website resmi Kemenag Kantor Wilayah Provinsi Jateng, yakni Menara Al Husna Masjid Agung Jateng, Masjid Giribangun di Kabupaten Banyumas, Bukit Bela Belu Parangkusumo DIY, Pantai Jatimalang Kabupaten Purworejo, Pantai Kartini Kabupaten Jepara, dan lain-lain.
Pengamatan hilal di Candi Sukuh pada Selasa mulai pukul 17.25 WIB hingga pukul 18.00 WIB belum membuahkan hasil. Sejumlah ahli di bidangnya datang saat itu, tetapi mereka belum dapat melihat hilal hingga prediksi batas waktu penampakan bulan sabit muda pertama.
Faktor cuaca menjadi salah satu pertimbangan. “Ada gangguan awan yang lewat. Teleskop tidak bisa. Faktor di area seharusnya hilal tampak ini berseliweran awan tipis. Tidak berhasil rukyat. Ada waktu 28 menit karena ketinggian lokasi 7 derajat-8 derajat. Tapi setelah 10 menit awan menebal. Peluang melihat hilal berkurang,” ujar dia.
Sugeng optimistis apabila cuaca cerah, mereka dapat melihat hilal dari kawasan Candi Sukuh. Tim Observatorium CASA Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam menyiapkan dua alat pengamatan, yakni teleskop manual dan digital robotic telescope.
“Kalau tidak terhalang awan sangat mungkin terlihat hilal di sini,” ungkap dia.
Sementara itu, Bupati Karanganyar, Juliyatmono, optimistis dan mendukung perkembangan ilmu pengetahuan di Karanganyar. Salah satu objek wisata religi dan cagar budaya di Karanganyar menjadi lokasi rukyat hilal.
“Ahlinya [AR Sugeng Riyadi] sudah bilang. Sudah oke, [Candi Sukuh] tempat strategis. Semua pihak, pemerintah dukung. Ini ilmu pengetahuan. Sebuah kebenaran yang harus dibuktikan dengan mata. Apa itu? Melihat bulan,” tutur Yuli sapaan akrab Juliyatmono saat berbincang dengan wartawan.
Yuli berencana menata kompleks Candi Sukuh menjadi lebih rapi. Dia membocorkan salah satu rencana Pemkab, yakni membangun taman di dekat candi Hindu. (ida-hd)