Makkah (Pinmas) — Terhitung sejak pemberangkatan kloter pertama pada 9 Agustus 2016 lalu, penyelenggaraan ibadah haji sudah memasuki hari ke-23. Sebagian besar jemaah gelombang pertama sudah di Makkah setelah tinggal selama 9 hari di Madinah untuk melaksanakan ibadah Arbain di Masjid Nabawi.
Pemberangkatan jemaah haji gelombang kedua dari Tanah Air menuju Jeddah juga sudah memasuki tahap akhir. Dari Bandara Internasional King Abdul Aziz (KAAIA), jemaah yang sudah mengenakan pakaian ihram diantar ke Makkah dengan menggunakan bus upgrade, sebagaimana bus pengantar jemaah dari Madinah ke Makkah.
Dua puluh tiga hari berselang, tentunya banyak fasilitas dan layanan yang sudah dirasakan oleh jemaah haji Indonesia, baik akomodasi di Madinah dan Makkah, katering, transportasi, dan lainnya. Sadar akan pentingnya masukan dan saran dari jemaah, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah melakukan kunjungan secara acak ke sejumlah pemondokan untuk menyerap aspirasi jemah.
“Kita ingin menggali informasi dari jemaah dalam rangka perbaikan yang akan datang,” kata Abdul Djamil setibanya di pemondokan 910 yang berada di kawasan Misfalah Makkah, Rabu (31/08). Didampingi Direktur Pembinaan Haji dan Umrah Muhajirin Yanis, kedatangan Abdul Djamil yang mendadak disambut sejumlah jemaah asal Madiun yang tergabung dalam kloter 55 Embarkasi Surabaya.
Niat mantan Rektor IAIN Walisongo Semarang untuk menyerap aspirasi jemaah guna perbaikan ke depan justru banjir apresiasi. Kesempatan bertemu Abdul Djamil dimanfaatkan jemaah untuk menyampaikan terima kasih atas peningkatan layanan yang mereka rasakan.
Jemaah SUB 08 Madiun
Ibnu Mahmudi (55) misalnya, jemaah asal Madiun yang sudah pernah berhaji pada 2007 mengakui adanya peningkatan layanan dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun ini.
“Layanan ada peningkatan. Konsumsi bagus. Cocok dengan orang Madiun. Ada pindangnya dan pedes juga. Dulu 30 hari tidak ada jatah makan, sekarang ada. Kuantitas dan kualitas lebih bagus di banding dari 2007. Minumannya disediakan lengkap, bahkan lebih dari cukup. Dulu saya beli. Dulu tiap hari beli, sekarang tidak,” kata Ibnu Mahmudi yang tergabung dalam kloter 8 Embarkasi Surabaya (SUB 08).
“Di Madinah juga bagus. Hotel aman, jarak dengan masjid lebih dekat. Hotel di Makkah juga bagus, sekamar dulu 8 orang sekarang 4 orang. Alhamdulillah antrian mandinya tidak lama,” tambahnya.
Apa yang disampaikan Ibnu Mahmudi, diamini puluhan jemaah yang saat itu ikut berdialog dengan Abdul Djamil. Mereka merasa transportasi antar kota perhajian juga nyaman dengan pendingin udara yang baik, bahkan ada yang kedinginan. “Ada kurangnya satu Pak Djamil, kurang tidur karena ibadah,” celetuk salah seorang jemaah disambut tawa jemaah lainnya.
Jemaah KBIH Labbaik RS Muhamadiyah Lamongan
Apresiasi kepada Pemerintah atas layana yang disiapkan bagi dluyufur-Rahman juga disampaikan oleh jemaah yang tergabung dalam KBIH Labbaik RS Muhammadiyah Lamongan. Hal itu sebagaimana disampaikan Mukhlisin dan Suyatno, mewakili jemaah lainnya saat bertemu Abdul Djamil di Lobby Hotel 802 di wilayah Jarwal Makkah.
“Kami berterima kasih kepada Pemerintah atas layanan yang sangat baik. Kami ditempatkan di hotel yang tidak jauh dari Masjidil Haram, hanya 1,34 km. Kami menikmati dengan berjalan kaki karena semakin dekat dibanding naik taksi atau bus,” kata Mukhlisin yang tergabung dalam kloter 45 Embarkasi Surabaya (SUB 45).
“Kamar yang kami tempati sekulitas bintang tiga. Kamar mandi di dalam, ber AC, dan tidak ada masalah. Begitu ada masalah, kita claim dan langsung direspon cepat oleh pihak hotel. Alhamdulillah tahun ini kita juga dikasih konsumsi 24 kali. Barangkali ke depan bisa ditambah agar full,” imbuhnya.
Hal sama dikatakan Suyatno. Dia mengaku cocok dengan menu katering yang dibagikan. “Walaupun lidah kita lidah Indonesia, tapi yang kita rasakan di sini sama karena selera nusantara ada di sini. Secara keseluruhan bahwa peningkatan yang kita rasakan luar biasa,” ujarnya.
KBIH Muhammadiyah
Tokoh sekaligus pembimbing ibadah KBIH Muhammadiyah Semarang Mahasin juga merasakan hal yang sama. Selain hotel bagus, dia mengaku makanan yang diteriamanya bergizi dengan menu yang cocok dan variatif, ada daging, ikan, dan sayur.
“Terkait layanan, saya merasa sangat memuaskan. Dari tempat tinggalnya, konsumsinya, semuanya sudah sangat meningkat,” terangnya saat bertemu Abdul Djamil di Pemondokan 207 di kawasan Mahbas Jin – Makkah.
Hal sama juga dikemukakan tokoh perempuan Muhammadiyah Semarang, Netty. Menurutnya, makanannya enak, sesuai selera Indonesia.
“Alhamdulillah, sampai sini dengan fasilitas yang sangat baik. Dirasakan kemajuannya sangat besar. Dan kita tiap hari kenyang. Makannya sangat nikmat, selera jawa, cocok. Lauknya sangat banyak, ukuran untuk dua porsi,” aku tokoh Muhammadiyah lainnya, Zuhad.
Atas semua apresiasi yang diterima, Abdul Djamil menegaskan bahwa kedatangannya untuk memastikan jemaah haji Indonesia menerima layanan sesuai dengan kontrak layanan para penyedia, bak katering, transportasi, maupun akomodasi. Jika ada yang tidak sesuai, Djamil berjanji untuk segera memberikan teguran agar dilakukan perbaikan. Jika tidak ada perubahan, sanksi tentu akan dijatuhkan.
“Saya harus memastikan kualitas layanan, karena kalau pihak penyedia katering misalnya melenceng dari ketentuan kontrak, maka dia harus menanggung risiko. Makanya, sebelum didistribusikan ke jemaah, diperiksa dulu sama petugas sansur untuk memastikan mengandung toksin atau tidak. Kalau tidak ada kandungan, boleh didistribusikan,” tegas Djamil.
Demikian juga dengan hotel, lanjut Djamil, tidak boleh melebihi kapasitas sebagaimana yang ditetapkan dalam tasrih (keterangan) yang diterbitkan oleh Pemerintah Arab Saudi.
“Kita harus tetap mempertahankan layanan kepada jemaah haji sebaik-baiknya. Karena tugas Pemerintah adalah memberikan layanan yang baik, memberikan bimbingan, dan melindungi jemaah haji,” tandasnya seraya melangitkan harapan semoga jemaah haji Indonesia menjadi haji yang mabru. (mkd/mkd)
Sumber : https://www.kemenag.go.id/berita/399421/serap-aspirasi-jemaah-dirjen-haji-banjir-apresiasi